Selasa, Juni 30, 2009

Tetap Melangkah

Sejak auranya menyentuhku...
memanggilku untuk sejenak menjadikannya penawar hati yang sedikit kelabu..
aku tak sanggup berkata apapun ketika itu terjadi lagi untukku...
sesak, takut, senang (?) lagi dan lagi menjadi-jadi.
kuperintahkan akalku membuangnya setelah kutuliskan catatan ini,
agar tak lagi murung duniaku...

Tetap selalu melangkah,
meskipun jejak akan kutinggalkan..
entah untuk apa dan siapa.

TELEVISI

Hey!! apa yang sedang kamu lakukan?
kamu bertingkah lagi...
dasar tak punya ideologi!
kalaupun ada, ideologi apa??!!
pasar???
memangnya pasar itu sebuah ideologi?
pasar pun memiliki pilihan ideologi..
setidaknya begitu.
entahlah...

Aku sudah muak!!
menjengkelkan..
setiap hari begitu terus.
adakah yang bisa menghentikanmu??
jawab aku!!!

Siapa juga yang bisa menghentikan kamu...
mereka sudah terbuai
katanya oleh kesenangan tiap saat
kamu begitu meraja
disini...

Subuh...
sangat religius

Pagi...
lelucon bangsa

Siang...
drama negeri

Sore...
kombinasi melankolis dan derita

Malam...
kompleks

Tengah malam...
cabul

Hendak kemana kita??
terserah..
pilihannya ada banyak
tergantung selera hegemonisnya yang mana.

Disini ku terluka!

Memahami makna,
semua yang terlanjur merapuh
Kuingin kembali,
mencoba meraih
namun ku tak temukannya...

Menapaki jejak,
berjalan dikeruhnya ruang
terus kuhadapi,
walau tak terperi
bekas yang masih mendera...

Harus ku akui disini ku terluka!
Harus ku akui kau terlalu indah!

Untuk usia yang tak lagi muda

Kini ada banyak pertanyaan,
seberapa jauh aku sudah melangkah..??
apa yang sempat di inginkan oleh hati pria kecil sepertiku?
pada sedikit usianya yang beranjak menanjak!
aku akan mencari tahu...

Bisikan pertanyaan itu kembali keluar memekiktajam di telingaku
mencari jawabnya yang entah ada
apa yang terpikirkan olehku pun aku tak tahu
setahuku, ada banyak pertanyaan kini...

Pertanyaan itu tentang kebahagiaan...
tentang kehidupan,
dan tentang makna...
klise, namun berarti
klasik, namun begitu penting
dan belum ada yang benar-benar tahu jawabannya.

Semuanya tentang ada apa dengan kebahagiaan manusia
ada apa dengan kehidupanku saat ini
ada apa dengan keadaan sekitarku
keadaan itu jika tak keberatan kusebut "masyarakat"!

Apakah mereka kesepian tanpa aku??
tidak!!!
siapa bilang??
meski tanpa aku, mereka akan tetap berjalan tanpa henti untuk memperhatikan dan menungguku
memangnya mereka angkutan kota yang ketika aku menahannya dengan membuat isyarat tangan lalu mereka akan berhenti begitu saja??
tidak!!!
siapa aku?
tidak seperti itu...
mereka akan tetap berjalan dengan kecongkakannya tanpa harus mempedulikanku!

Lalu, dimana harus kutemui kebahagiaan itu?
kebahagiaan yang katanya akan tampak nyata ketika di bagi dengan orang lain (?)
jika tidak di bagi, namanya apa??

Aku tak tahu....

Aku tak tahu apa lagi yang harus kulakukan
bersikap apatis??
individualistis??
bisa???

Menjadi diri sendiri pun sangat sulit
sebab ada sesuatu diluar diriku yang memaksaku untuk keluar dan menjadi inilah, itulah, dan sebagainya..
bahkan kadang-kadang aku menjadi sangat naif
bahwa semua ini sudah dikendalikan oleh takdir
jika begitu, kebahagiaanpun adalah takdir
dan sudah ditentukan bagiku.

Tapi ahh...
jauhkan aku dari pemikiran seperti itu!!
aku dapat menemukan kebahagiaan dengan caraku sendiri
dengan bantuan tubuhku
tubuh yang masih sanggup mencari...
mencari arti, makna, dan bila perlu memaksa keajaiban datang!!
dan memberiku sedikit kebahagiaan.

(Kupersembahkan untuk UMUR-ku...)

4 Maret 2009

Syair-syair Munajat

Pernah pula kau menenggelamkanku dalam lubang yang dalam,
hingga aku tak tahu harus berbuat apa...
serius! kamu serius,
itu benar-benar terjadi padaku.

Kini semuanya dapat terlihat jelas,
aku dan kamu seperti itu....

"ANTARA KUNCI DAN PINTU (I)"

Jika kau memintaku untuk menyimpannya,
aku bersedia melakukannya,
biar tetap kusimpan sampai tiba masanya,
meskipun lama...

Aku juga tak pernah berfikir untuk meraihnya,
apalagi harus mencobanya,
sementara dia pun masih begitu,
tertutup rapat berharap ada yang membukanya.

Ketakutan mungkin pula ikut mendera,
atau perasaan lain yang berusaha mencengkeramku,
untuk tetap tinggal diam tak berbuat,
jangan-jangan ketika ku buka, tak ada kamu disana...

"TERSERAHLAH"

Aku baik-baik saja sebelum kau ucapkan kata itu,
bahkan lebih baik dari hari kemarin,
ketika sedih dan sepi kembali menyerang dari segala sisi,
aku kira kamu tahu itu.

Menunggu janji...

Dalam kebimbangan fajar dan petang,
aku masih menunggu janji malam dan siang...

KALIURANG

Kusempatkan mengintip peraduan siang,
dalam cahaya yang masih teramat remang,
siapa tahu esok tak bisa ku dapati seonggok terang,
padahal aku masih memuja langit perawan kaliurang,
tepat di kaki bukit plewang.

(Pesan Rinduku untuk Jogjakarta)

Kesepianmu

Aku yang tak terbiasa menemani sepimu,
terpana dari kejauhan menatap kosong reruntuhan asa,
seandainya aku bisa pun tak akan kulakukan,
jangan pernah kau tanyakan padaku,
karena aku tak ingin memiliki sepimu itu...

Aku ingin!

Ingin ku lumat habis kedengkian yang menggerayangi jiwamu,
ingin ku petikkan dawai melodi gitarku untuk kesunyianmu,
ingin ku hiasi kesendirianmu dengan tawa dan nyanyianku,
ingin ku bakar keangkuhan yang masih membelenggu batinmu,
ingin ku ludahi kau dengan puisi-puisi bijakku,
agar kau tahu, aku ada bersamamu...

Bukan itu maksudku...

Pada keterasinganku yang mulai pekat,
sebelum belulangku merapuh,
jantungku tak kuat lagi memompa darahku,
dan tubuhku pun harus rebah di sengat waktu,
akan kukatakan dengan suara lantang,
"...bukan itu maksudku..."
kita sama-sama tahu,
tak ada yang tak lekang oleh waktu.

Antara sapu tanganku dan Bunga mawar

Jika sapu tangan ini tak cukup untuk membendung tangis yang mengair dilingkar wajahmu,
maka izinkan aku untuk memetik bunga mawar agar kau dapat tersenyum kembali,
tahukah kau bahwa itu berhasil karena aku pernah mencobanya pada perempuan lain.

PESAN (II)

Kau kirimkan aku pesan singkat malam itu bertintakan keraguan:
"apakah kau benar-benar mencintaiku?".

Aku coba membalasnya dengan tinta warna kepastian bertuliskan:
"kau yang tak benar-benar mencintaiku..".

Namun sebelum akhirnya sampai padamu, seekor burung kecil lebih dulu mencurinya dan baru menyampaikan pesan itu kepadamu ketika kau telah lelah menunggu jawabku...

Pergilah...!!

Aku tak peduli dengan semua kelembutan cinta yang terberi,
entah darimu atau dariku sama saja!
bagiku itu adalah penipuan yang terkeji,
yang terbungkus oleh pengorbanan semu.

Berapa harga yang harus ku bayar untuk menepismu??
akan aku lakukan!!
jika kau tak mau pergi,
beritahu aku cara membunuhmu agar kau tak tersakiti.

Masih bisa bertahan

Bila keheningan ini yang mengusikku,
mungkin aku masih bisa mengatasinya,
karena terkadang keheningan ini kuinginkan,
untuk mengusir kepenatan.

Aku tak ingin terbiasa berjalan dalam genangan kesepian,
meski sesekali sang dewi menjelma untuk menyelamatkanku,
tapi aku tak pernah sadar dia datang untuk cinta...
sepertinya...

Apakah kebahagiaan yang sedang kau tawarkan??
bukan itu yang ku minta,
tapi senyum tulus yang lahir dari buah kasihmu...
seperti yang kuceritakan dulu...

Atau kau telah lupa??
jangan membuatku menunggu,
cobalah untuk mengingat-ingat lagi...

Mengapa tak kau beritahu aku jika kau telah datang (?)

Mengapa tak kau beritahu aku jika kau telah datang,
seperti pesan yang kukirimkan padamu dikeheningan malam yang pekat,
sebelum aku tertidur dan menemuimu dimimpi-mimpi kita...

Mengapa tak kau beritahu aku jika kau telah datang,
agar aku dapat menyambutmu dengan nyanyian dan tarian cinta,
serta pelukan hangat yang akan membawamu tetap berkelana tanpa harus meninggalkan aku.

Mengapa tak kau beritahu aku jika kau telah datang,
sehingga kau bisa bercerita lebih dulu kepadaku tentang perjalanan panjangmu,
hingga akhirnya kau bisa sampai disini, dalam pelukanku...

Beritahu aku jika ia telah datang...

Beritahu aku jika ia telah datang,
aku berniat membuatkan secangkir cinta manis dari kasih putihku,
cinta yang kuracik dengan asa dan haru biru yang menggelora,
ditambah dengan beberapa tetes peluh pengorbanan.

Beritahu aku jika ia telah datang,
dari pengelanaan cintanya yang panjang,
agar jika aku harus menemuinya nanti,
aku telah siap untuk mempersembahkan cintaku padanya...

Beritahu aku jika ia telah datang,
karena kami masih saling menanti dan mencari...

Dear: My Soulmate...

Cepatlah kemari kekasihku,
kembali dalam dekap pelukanku,
mengulang kisah yang kita jalani kemarin,
dan memperbaikinya,
dalam hari-hari yang bahagia...

Kekasihku,
aku ingin menatapmu lebih dekat,
tidak dari atas beranda imajinasiku saja,
tapi didekatmu...
sebab aku merindukan semuanya.

Akhir-akhir ini aku sering memikirkanmu..
kadang bayanganmu muncul tepat dihadapanku,
seolah kau sedang mengajakku berbicara,
dan kusambut setiap ajakanmu,
lalu kita berdua larut dalam keintiman.

..tapi hanya kita saja yang mengertinya.

Kekasihku,
jangan pergi lagi,
tetaplah terus bersamaku...
selama-lamanya.

Satu hal yang ingin kusampaikan,
jika suatu hari nanti kau kembali datang,
aku memohon padamu:
tolong sudahi kisah yang belum kau selesaikan padanya..
agar tak ada lagi yang mengganggu.

(Surat ini kutulis ketika aku sedang berjuang melawan kesepian)
6 September 2007

ABCISSION

Desir angin merambat lambat tajam,
menyisir aroma tubuh yang hampir layu,
mereka mudah menemukanmu,
tak usah lari darinya...

Sesekali naik lalu menukik turun perlahan,
kadang tiba-tiba menyebarkan kesedihan,
seperti gurun padang pasir yang sepi..
cobalah raba anginnya!

Menelan buta segala disekelilingnya,
...apapun itu...
semuanya,
tanpa kecuali.

Tak kukira secepat kedip mata sampai padaku,
padahal belum tepat untuk musimnya,
seharusnya gugur daun masih terlampau jauh,
atau jangan pernah datang...

Walau masih ingin menghijau,
menggugur adalah pilihan,
bagai pahlawan?? mungkin saja...
meskipun harus berpisah dengan yang lain,
..(tapi tak jauh),
agar kehidupan terus berlanjut...

Tentang Waktu

Tentang waktu,
yang tak seperti biasanya,
menurutku...

Semua masih terus bertanya padanya,
pada jarum yang tak hentinya berdetak,
dan tak rela menungguku menyiapkan sepotong kejujuran,
di separuh usiaku...

Jam dinding tua itu...
dan penunjuk waktu yang lain,
melekat sebuah kemewaktuan yang mencair,
yang akan selalu jujur pada dunianya.

Tentang waktu,
yang memaksaku berdamai dengan kenyataan,
dan membuatku percaya tentang satu hal,
bahwa setiap waktu adalah permulaan yang berulang...

Yang tak kusadari

Hembusan nyala angin tak lagi kering,
hingga kulit luarku mengelupas-kelupas,
dan tenggorokanku harus terbiasa menelan liurku sendiri,
agar dahaga sedikit terpenuhi...

Aku telah sampai pada penjajakan panjang,
meskipun waktu terkadang menertawaiku,
kadang sesekali melempar senyum simpul kecut,
yang dia tujukan bagi pengecut,
harusnya bukan aku...

Sepertinya, aku telah menemukannya..
Tanpa tersesat!

Yang jelas, kurasa belum begitu terlambat untuk memulainya lagi..

Aku satu "TUBUH" dengan kalian...

Bukan sekedar kata-kata biasa,
menyembur keluar dari mulutku hari itu,
menghujam kuat melebihi benda tajam manapun,
kepada kalian yang menemani kehidupanku...

Anehnya (mungkin hanya aku yang merasakannya),
tak ada gubrisan...
tak ada yang mengerti...
atau kalian pura-pura tak mendengar.

Aku ingin bersembunyi setelah itu,
menghindar dari duniaku sendiri,
(dunia yang tak henti-hentinya kupuja),
tapi aku pernah berjanji,
tidak akan pernah lari lagi,
dari kenyataan yang terpatri.

...aku tetap siap menunggu.

Semoga esok kalian pulih dari ketulian,
sembuh dari kebutaan,
dan sadar dari ketidaksadaran,
bahwa kita tidak sedang baik-baik saja...

Bidadari Kecil

Aku menatap dari kejauhan, dari balik keramaian taman,
ketika dia sedang serius bercengkrama dengan kawanan burung merpati,
dan beberapa butir gandum yang dia lemparkan ke arah merpati-merpati itu,
lewat jemari tangannya yang mungil.

Begitu polos dan bersahaja,
seperti kertas putih yang belum terbubuhi noda tinta,
tinta kemunafikan dan kecurangan,
yang akan (mungkin) dia hadapi esok...

Tawanya yang begitu riang,
mengalahkan angkuhnya dunia ini,
mengalahkan kesombongan mentari,
dan kecongkakan senja!!

Dia tak peduli orang-orang di sekelilingnya,
yang dia tahu, dia sedang berbahagia..
dan aku pun terbawa dalam kebahagiaannya,
...sangat bahagia... biarkan saja begitu..
tetap begitu..

Aku sampai cemburu di buatnya...

Lalu ku coba untuk mendekat,
berharap ikut menemaninya bermain,
tapi aku tiba-tiba terbangun...
sebelum berhasil mendekatinya...

(Versi aslix ku tulis dalam bentuk lagu ketika sedang berlibur di Malino)

BERPENDAR

Gemerlap memesona...
adalah kilauan pelangi di senja sore,
ketika langit biru sementara berkuasa,
mengalahkan fenomena alam manapun,
setelah rintik hujan sedari tadi jatuh ke bumi.

Seperti kamu...
senantiasa menarik kekagumanku,
meskipun waktu memudarkanmu seketika,
namun tak sanggup menghapus keterpesonaan ini,
sebab cahaya itu berasal dari dalam...

Aku menyebutnya "Cahaya yang berpendar".

PESAN

Tadi pagi…
aku terbangun dengan menatap kedua kening matamu sedang mengernyit,
kau memandangku tajam bagai sebilah pisau yang siap menikam,
lingkar wajahmu yang berparas lembut terperosok gusar.

Kau membaca pesan singkat diponselku yang berbunyi:
“met bo2 syng...” by. iVy

Astaga!! Aku lupa menghapusnya semalam…

HENING

Aku tersontak kaget (seandainya kau melihat wajahku),
tiba-tiba saja aku merasa ada yang sedikit berbeda dari biasanya,
kutahu wajahmu selalu dapat menjelaskan keadaan,
apalagi matamu…

Namun hari ini…
matamu tak menjelaskan apa-apa,
itu yang membuatku bingung…
*(hening)

Aku tak dapat berkutik ketika kau mengatakan:
“kemarin aku ke dokter Ardy, aku di diagnosa mengidap kanker stadium 4, umurku tak akan lama lagi…” katamu pelan.
*(kembali hening)

Lalu aku menjawab dengan lirih:
“ akupun begitu…”

IZINKAN AKU MENGAKHIRINYA!

Yang ku sesali kisah ini terjadi berulang,
ketika kau dengan sengaja meninggalkanku,
kau harus tahu, kau pun menyesalinya.

Kita bertemu kembali dengan cara yang sama,
tapi dengan waktu yang berbeda,
kau dan aku telah memahami mengapa kita tak dapat menyatu,
sebab aku mengenalmu sementara kau tak mengenal dirimu sama sekali,
itu yang kau benci.

Kali ini, aku ingin tetap disini…

Jika air mataku tak dapat mengguyur api kemarahan yang sedang melumat dirimu,
izinkan aku memeluk erat tubuhmu meskipun harus terbakar bersamamu.
aku ingin mengakhirinya, sekarang!

TAK PERLU

Cintamu yang tertinggal dimasa yang lalu,
tak usah setengah mati mencarinya,
aku berjanji akan menggantinya dengan yang baru.

Wajah, Toko dan Hak

WAJAH
Ku sandarkan tubuhku di dinding pintu setelah beberapa jam berdiri menunggumu datang,
aku tak sabar melihatmu datang kearahku dengan senyum simpul menawan …

Kau berjanji tiba hari ini dan memberiku topeng yang kau belikan dari pasar kemunafikan…

Aku akan memakainya ketika menghadiri acara ulang tahun saudaramu minggu depan,
sekali lagi kau memintaku menghadapi duniamu dengan wajah yang lain…

TOKO
Setelah beberapa lama berputar-putar di sekitar perempatan jalan somba opu,
laju motor bututku terhenti tepat di sebuah toko kecil yang bernuansa retroklasik,
“sepertinya ini toko yang ingin kutuju!” kataku dalam hati.

Diatas dinding pintu toko itu menempel permanen sebuah papan nama kayu bertuliskan;
“TOKO BAHAGIA” Jual alat2 kebahagiaan, dari imitasi sampai yang orisinil.

HAK
Kau tidak berhak lagi bertanya,
bagaimana kabarku dan sedang apa aku sekarang!
Relakan saja kematianku.

Wahai semesta.. Siapakah pemilik lukisan ini?

Wahai semesta..
Siapakah pemilik lukisan ini? Aku menatapnya siang dan malam, ketika terbangun di pagi buta dan sebelum tertidur di pekat malam..
Jika aku bisa meminta, tak hanya di saat terjaga aku melihatnya, tetapi pun ketika aku sedang terlelap di mimpi-mimpi tidurku..

Wahai semesta..
Sampaikan salamku pada pemilik lukisan ini, salam hangat dan mesra dari pecandu estetika yang tersiksa oleh keindahan lukisannya, yang tersiksa karena tak mampu menemukan pemilik lukisan ini..
Aku berharap surga akan membalas cinta yang dia torehkan pada kanvas lukisan ini, sehingga cintanya dapat lestari sampai dia bertemu kembali dengan lukisannya di surga..

Wahai semesta..
Ketika mereka bertemu kembali di surga, aku mohon pertemukan pula aku dengan sang pemilik lukisan ini, agar aku mengerti seperti apa cinta murni itu, meskipun tak pernah sedikitpun aku mengenalinya di bumi..
Sampaikan pula terima kasihku padanya, berkat dia, aku mampu menelusuri kemana cinta akan membawaku melalui lukisan ini..

Batas yang mulai memudar

Arus itu mulai kehilangan kendali, setiap apa yang ada di hadapannya akan di lahap tanpa pernah tanggung-tanggung, termasuk kita yang masih berusaha untuk melindungi diri dengan segala kebudayaan yang kita miliki... tapi apakah benar kita telah berusaha? ataukah kita hanya sekedar sedang main-main dengan kehidupan ini... kehidupan yang mana masyarakat sangat membutuhkan kita, namun pada akhirnya kita dengan sengaja menghancurkan masyarakat yang sedang membutuhkan kita...
Gelak tawa hegemoni bukan main telah memaksa kita untuk larut mendengarkannya bernyanyi dan kitapun ikut bernyanyi dalam nyanyian (kelam) yang akan menghantarkan kita pada liang lahat kita sendiri... namun kita cenderung untuk menolak menyadarinya, lalu tetap saja terus hanyut dalam melodi-melodi itu... sesak tiada tara!!! kesadaran hampir memunah.
Globalisasi, modernisasi, bahkan yang kita sebut sebagai budaya populer sebenarnya tidak benar-benar nyata sampai kita membuat mereka nyata di depan kita... mereka adalah mitos-mitos transendental yang kita ciptakan,, taka ada lagi cara untuk memanusiakan manusia... fatalis.
Ada begitu banyak cara untuk mengemudikan diri dalam perahu yang sedang kita kayuh, melewati ombak besar yang akan setiap saat dapat menghantam dari segala penjuru...
Sekedar catatan kecil, kita sedang berperang.. entah melawan apa (siapa), penjelmaannya dapat dengan cepat berubah-ubah tergantung kita pada posisi bagaimana... malahan mungkin saja perang yang sesungguhnya adalah perang melawan diri sendiri yang kita tidak duga, bahwa "self" adalah musuh yang paling nyata bagi diri kita sendiri... bersedia untuk setiap saat merefleksikan diri karena ruang untuk refleksi diri sangat tidak terbatas...
Dalam beragam budaya, kita terlalu sulit untuk mencari identitas kediriannya kita.. atau katakanlah kita malah terjebak dalam lingkaran non-identitas nyata, benarkah demikian? pertanyaan itu akan terjawab ketika hari-hari yang kita rindukan telah lenyap entah kemana! dan ketika kita berusaha untuk mencarinya, perlahan-lahan malah akan menarik kita dan hilang bersamanya...
Cepatlah sadar atau disadarkan sebelum sadar itu dilarang.
Batas itu mulai memudar... antara hitam dan putih menjadi abu-abu, antara atas dan bawah menjadi menggantung, antara baik dan buruk menjadi maklum, antara indah dan jelek menjadi unik... dan antara aku dan kamu menjadi-jadi....

SEKSUALOGIKA

Ketika kita mendengar, seseorang mengeluarkan kata "seks", maka secara umum, asosiasi yang terlintas di benak kita adalah segala hal yang terkait dengan keintiman dan hal-hal yang berbau "mesum". padahal ketika kita mencoba menggali kata tersebut secara ilmiah, maka kita akan menemukan beragam pengertian dalam sudut pandang yang berbeda. katakanlah setidaknya, menurut Jufri (baca buku "seksualitas"), seks dapat di golongkan ke dalam 5 dimensi (biologis, perilaku, budaya, sosial dan gender).
Seperti kita ketahui, beberapa kebudayaan di Indonesia menutup rapat-rapat perbincangan seksualitas. hal ini dikarenakan oleh sistem budaya yang di anut oleh masyarakat yang masih melabelkan seks sebagai sesuatu yang tabu dan "menjijikkan". Kalaupun ada, diskusi mengenai persoalan seks hanya diperuntukkan bagi orang tua, telah menikah dan yang telah dianggap telah dewasa (secara umur). Perbincangannya pun dilakukan secara tertutup dan di dalam ruang yang tak di jangkau oleh publik. Dapat pula kita jumpai cerita tentang seks dalam bentuk lelucon warung kopi atau cerita rakyat (folklor) yang pada akhirnya akan mereduksi pengertian dari seks itu sendiri, sehingga distribusi pengetahuan tentang seks menjadi sangat kabur.
Institusi sekolah juga ikut dalam program "membutakan pengetahuan seks" pada remaja Indonesia yang jelas-jelas sangat membutuhkan pengetahuan tersebut. Tak dapat di pungkiri, para pemikir-pemikir bangsa (dalam hal ini yang berkaitan dengan dunia sekolah) belum cukup berani mengambil keputusan untuk memasukkan mata pelajaran seksualitas ke dalam kurikulu sekolah, tentunya sesuai proporsinya. Betapa tidak, tatkala kita mencoba mendalami pengetahuan remaja tentang seksualitas, adalah suatu kelangkaan ketika mereka akan mampu menjelaskan secara gamblang tentang pengertian seks (bisa di cek kalau tidak percaya). Jangankan remaja, kalangan mahasiswa pun turut menyumbangkan kesesatan berfikir tentang persoalan seksualitas.
Kita menyadari, bahwa masa remaja adalah masa dimana manusia tengah mengalami gejolak jiwa yang teramat. Mereka adalah kaum yang tanpa tanggung-tanggung melakukan apa yang mereka sukai. Belum lagi labilitas yang dialami secara kontinyu akan menghadapkan mereka pada dunia yang serba penuh dengan nuansa ambiguitasnya. Drama glamoritas cinta juga tengah mereka hadapi, serta rasa ingin tahu yang lebih tentang diri dan dunianya akan menambah cerita remaja mereka. Jika demikian logikanya, maka mereka yang tidak mendapatkan pengetahuan seks yang cukup akan berusaha mencari tahu dengan jalan apapun. Pertanyaannya, apakah cara mendapatkan informasi tersebut sudah benar? Kalau sudah benar, tidaka apa-apa, tapi kalau tidak?. Ketika manusia yang tidak berbekal pengetahuan seksual memadai ini memasuki dunia yang -saat ini- serba glamour dan memiliki sejuta 'kenikmatan' seksualitas, maka terjadilah hal-hal yang akan sangat merugikan diri mereka.
Era informasi dan teknologi hari ini sangat tidak terbatas. Kita dapat mengakses apa saja lewat via internet, begitupun informasi tentang seksualitas. Situs-situs porno dapat dengan mudah di buka, belum lagi video dan majalah porno yang di jual bebas tanpa harus melakukan sesuatu yang berbelit-belit (tidak seperti jaman dulu). Nah, kalau sudah begini, remaja yang memiliki jiwa suka coba-coba terhadap hal baru ini cenderung akan mencoba. Entah dengan mengunjungi tempat-tempat "terlarang" ataukah mencari cara agar pacarnya terjerat keinginan yang sama, yakni melakukan intercourse (hubungan kelamin).
Ada banyak data yang menyebutkan bahwa menikah di usia dini adalah hal yang biasa terjadi (baca buku "seksualitas remaja", A.F Syaefuddin). Aborsi pada pasangan yang belum menikah pun menjadi fenomena yang merebak di kalangan manusia yang tak pernah mau lagi berfikir panjang. Hubungan suami istri antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah tak dapat lagi di bendung jumlahnya (baca buku "seks in the kost", Bang Iip). Masyarakat ini tidak akan lebih parah lagi ketika kita mau menyadari hal yang akan menghancurkan peradaban kita. Dengan kata lain, ada yang sedang tidak beres dengan kehidupan masyarakat kita.

Sebelum gelap tiba...

Sebelum gelap tiba,
dan akupun merasa lelah,
bersalah pada waktu...

Sebelum gelap tiba,
senja sore masih ingin menari, berlalu...
tak sempat aku menahannya untuk tetap tinggal,
menemaniku beberapa menit lagi, berbicara.

Sebelum gelap tiba,
aku masih belum puas menikmati siangku,
teriknya membakar dosa yang kulakukan kemarin malam,
bersama perempuan-perempuan yang merelakan dirinya, buatku.

Sebelum gelap tiba,
akan ku kubur ratusan kenikmatan yang bertabur peluh,
hanya dengan dingin dia bisa meronta-ronta,
biar saja untuk kesempatan kali itu.

Sebelum gelap tiba,
aku tidak terlalu berharap banyak lagi padamu,
cukup hari ini saja kamu harus datang,
agar esok aku tak akan lagi menunggumu.

Sebelum gelap tiba
dan akupun merasa lelah....
mempersalahkan waktu...

Entahlah...

Entahlah...
begitu banyak catatan sebelum ini yang pernah ku torehkan pada lembar-lembar kehidupanku
aku tak tahu apakah ini pun akan berarti lagi buat mereka
semoga iya, karena jika tidak, aku tidak akan pernah sempat untuk menyesalinya...

Aku tidak terlalu tahu...
karena ada begitu banyak harapan yang terbang tinggi
tentu saja tidak hanya dariku, namun aku tahu bahwa harapan mereka lebih mendesak
sehingga aku berharap untuk sebuah harapan
agar harapan mereka yang akan terdengarkan.

Aku tidak begitu yakin...
apakah suara itu bergaung dari nurani-nurani yang tersentak
atau hanya sekedar nyanyian biasa.

Entahlah...

Sebentang Petang

Barangkali,
malam yang menghembuskan dingin ke tubuhku ini,
pesan rindu darimu,
yang menggoda untuk menggenggam lagi tanganmu,
tapi kita sudah lama berlalu....
mula pertemuan kita tak hendak memintal asmara yg syahdu,
tapi lebih berjaga dari kedatangan sepi yang pilu,
lalu kerap membahas album-album tua:
album tua mengundang gundah.

Kita sama-sama mengerti,
pundakmu dan pundakku terlalu lebar untuk tak tersentuh apa-apa,
dan dari malam ke malam (setelah kita berlalu),
tak kudengar lagi kata-kata manis, mungkin juga kamu...

Ranting tak pernah memanggil daunnya yang jatuh.
cukuplah ia terima lambaiannya dan ucapan yang kelu,
selebihnya, menjaga yang tersisa.

Sesungguhnya, engkau telah menjelma stupa bagiku,
dan bagimu, aku menjelma arca.
Mungkinkah stupa dan arca kembali kepada abad yang telah tiada?
sayangku, jangan hitung jumlah rindu atau kepergian di dadamu,
tapi hitunglah jumlah kedatangan di pintu rumahmu.
mungkin itu yang membuat kau dan aku dapat saling mengenang di sebentang petang yang telah berlalu....


Mahmed "Iphoel" Pujangga
01 04 09
(Untuk persahabatanku)

LIRIH

Seperti saat lalu,
ketika asa semakin lirih,
dingin ikut-ikutan memilu,
tergeletak tak terperih.

Ujung nafas yang kesakitan,
kutarik lagi!
meski tadi sempat terbuang,
aku takut tak kembali.

Biar penat tak mengikuti,
aku ingin tetap bernyanyi,
melodi sendu biar pula,
daripada harus ternganga.

Telah nyata terungkapkan,
namun ku tepis berkali-kali,
mudah-mudahan tak bosan-bosan,
senyuman itu mengalir.

Kadangkala ada air mata,
hari ini tidak akan!!!
walau telah lama meronta,
dan mencoba membutakan.

Kekasihku,
aku cukup sadar setengah mati,
kita akan berlalu,
semoga sampai nanti.

(Terinspirasi oleh lagu Ari Lasso yang berjudul "LIRIH")

Hari ini milik kita...

Kemarin, aku lupa memakai kemeja lengan panjang yang kau berikan,
kemeja itu kau beli di pasar rombengan daya'...
ketika pulang, aku menangis tersedu-sedu, terus menyesalinya...
Dua hari yang lalu, aku tidak sempat mengingatkanmu untuk pergi membeli buku,
kau membutuhkan buku itu untuk referensi makalah akhirmu...
ketika ku ingat, badanku tersiksa untuk menyesalinya...

Kadangkala kita terlanjur lupa untuk saling mengingatkan,
dan ketika kita kembali mengingatnya,
rasanya kita tak sanggup untuk menerimanya,
bahwa kelalaian ini kembali terjadi lagi.

Satu-satunya dengan bangga kita tak mau mengingatnya adalah,
sudah berapa lama kita bersama saudaraku... (?)
layaknya dua buah tiang pemancang langit yang dengan congkaknya menantang dunia!!
dunia yang turut membesarkan kedewasaan dan persahabatan kita.

Namun ketika telah banyak yang terjadi,
aku mulai sadar sesadar-sadarnya,
kita tidak akan mampu seperti ini selamanya,
bahwa memang tak ada sesuatu yang akan mampu bertahan selamanya,

...begitu pula "kita".

Padahal masih banyak yang ingin kita lakukan...
padahal masih bertumpuk cita-cita yang kita impikan...
padahal umur kita masih terlampau muda...
untuk mengakhiri kebahagian ini.

Perempuan dan Air Mata

Aku tak bermaksud menitipkan letih,
perempuan setengah baya berkerudung putih,
diam berdiri di seberang trotoar jalan,
menangkap setiap pengembaraan senyuman.

Seperti mau bersembunyi dari keramaian,
sebab tak mampu dia menemukan senyuman yang tepat,
hanya luka dan tangisan yang mendera,
bagai peluh yang mengalir terlalu deras.

Tak perlu menunggu cukup lama,
pipi kemerah-merahan nan lembut menjadi lembab,
menggerayangi separuh wajah hanya karena tak tahan,
seseorang telah membuat dia terluka.

Aku ingin cepat berlari ke arahnya,
menenangkan atau hanya sekedar menemaninya berbicara,
apalagi aku memiliki sapu tangan,
kalau-kalau dia ingin mengusap air matanya...

ROMANSA

Aku tak memintamu menjadi air,
untuk sekedar menjadikan tenggorokanku lepas dahaga,
tak pernah pula ku meminta kau menjadi sayapku,
hingga aku dapat terbang ke angkasa.

Semua yang ku minta tidak sehebat itu kekasihku...

Aku hanya ingin menjadikan dirimu,
pengisi ruang kosong diantara belahan jantungku,
pelengkap repihan permata di sepenuh dadaku,
serta penopang sisa nafas batinku...

Aku pikir itu tak sesulit yang kau bayangkan...

Aku akan selamanya kehausan tanpamu,
merasakan kekeringan cinta tiada henti...
aku akan selamanya mendongak ke atas langit,
menatap merpati-merpati yang terbang lepas bahagia.

Jika tak ada kau menemani persinggahan hidupku...

Hidupku adalah rangkaian kisah dari dirimu,
aku terbatas pada kesediaanmu memberikanku kebahagiaan,
kau dan aku adalah satu,
aku dan kamu adalah kita.

Jangan lagi kau ingkari itu...

Senyuman itu...

Aku mengerti bahwa senyum itu tak lagi sempurna,
seperti kala pertama kau tersenyum padaku,
keindahannya merona dan tak satupun mampu mengalahkannya,
senyummu selalu tampak menawan bagiku,
kini berbeda...

Yang tak ku mengerti adalah mengapa senyum itu kau lemparkan,
padahal aku tak memintanya seandainya ku tahu,
bagai sebilah pisau yang menikam dadaku berulang-ulang,
lalu aku tergeletak berdarah tak bernyawa,
kemudian kau menari kegirangan sambil tertawa pulas!

Kau benar-benar bahagia di atas senyuman itu,
dan tak ada yang mampu ku lakukan untuk menghentikannya,
bahkan terlalu manisnya pesonamu hingga akupun tetap tersenyum dihati,
sampai pada akhirnya kau berkata : "aku ingin mengakhirinya...",
itu saja.

...aku bersumpah akan membunuh senyuman itu!!

Lelaki dan Senja

Hari-hari itu semakin menjauh,
terbawa angin yang masih melabuh,
di bibir pantai ia rebahkan sebuah kerinduan,
dan sepucuk janji pada kekasih saat sendja memudar.

Ia harus merelakan perginya,
meskipun ia masih ingin memilikinya,
namun ketentuan senja berkata lain,
sang kekasih takkan menjawab rindunya.

Sekejap waktu terus mengalir,
betapa berharganya pun sedetik,
seolah surga tak lagi berada dikemudian dunia,
tapi disini, di tengah dermaga romansa.

Lelaki itu hanya mampu terus berjanji,
untuk sedapatnya membawa kembali,
di hari kala terakhir ia melihatnya,
sebelum perempuannya hilang bersama senja...

Cukup untukmu!

Aku temukan sepotong kecil dusta ditengah tumpukan tawamu,
dusta itu tepat dibawah teduhnya air mukamu yang bening,
sekejap saja tertukar derita yang menyelinap pilu...
simpan wajah itu untuk kau hadiahkan esok padanya!!!

...............
jangan lagi...
sudahlah, cukup!!

ANTARA KUNCI DAN PINTU (Repackage)

(I)
Jika kau memintaku untuk menyimpannya,
aku bersedia melakukannya,
biar tetap kusimpan sampai tiba masanya,
meskipun lama...

Aku juga tak pernah berfikir untuk meraihnya,
apalagi harus mencobanya,
sementara dia pun masih begitu,
tertutup rapat berharap ada yang membukanya.

Ketakutan mungkin pula ikut mendera,
atau perasaan lain yang berusaha mencengkeramku,
untuk tetap tinggal diam tak berbuat,
jangan-jangan ketika ku buka, tak ada kamu disana...


(II)
Hari ini mulutku begitu kelu,
tanganku gemetaran pula,
peluh kian melumuri tubuh,
sejenak seolah semua berhenti,
aku tak tahu mau berkata apa.

Raut wajahku kembali beraksi,
mataku tak mampu berlama-lama menyaksi,
aku tak tahan ingin segera keluar dari sini,
meninggalkan kenyataan yang tak berpihak,
namun pintu telah terlanjur ku buka lebar.

Aku terkejut setengah mati,
menatap kekosongan yang terjadi,
dan benar tak ada orang disana,
tidak ada penyesalan lagi,
mengapa telah berani aku membukanya...


(III)
Membekas jelas dibenakku,
kalimat singkat mengusik naluri,
seolah itu harapan besar bagiku,
dan satu-satunya kenyataan yang tak pernah terjadi.

“Apa yang telah kulakukan!!” teriakku.
aku melukai diriku sendiri,
dengan sayatan tipis yang akan menganga,
hanya karena emosi yang membuta.

Kini dengarkan aku,
aku tak mau lagi mendengarkan bisikmu,
serta suara-suara samar yang menggema di luar sana,
terlalu membingungkan! pula menyesatkan.

Siapapun kau (atau apapun kau),
aku tak sanggup lagi meneruskan,
'permainan' yang kita mulai barusan,
tentang kunci dan pintu.

Maka jika kau memiliki kunci itu,
bantu aku untuk membukanya,
sebab nafasku sudah tak ada lagi,
untuk mencoba meraih pintu-pintu yang lain.


(IV)
Pada suatu ketika yang mungkin belum lama berlalu,
aku masih mencoba merenungi bisikan-bisikan itu,
sambil memikirkan dimana kunci yang tepat itu tertinggal,
lalu secara mengejutkan dan tak kusangka-sangka,
beberapa kawan menghampiriku...
spontanitasku bertanya kepada mereka:
"apakah kalian sumber suara-suara samar itu?"

Aku tahu Sang Pencipta mencipta berpasang-pasangan,
aku pikir segalanya seindah keajaiban itu,
begitu pun antara kunci dan pintu,
tapi tak kusangka ada pintu yang tak memiliki kunci,
lalu (lagi) kutanyakan kepada mereka:
"benarkah pintu ini tak memiliki kunci?"

Mereka diam saja,
hanya keheningan yang menggelora...

Lalu (sekali lagi) aku bertanya,
pertanyaan yang sama...
namun melodinya tidak selembut tadi,
dan tiba-tiba semua menoleh kearah pintu yang lain,
kemudian secara bersamaan berteriak:
"...itulah pintu yang kau tuju!!!"

............
Kusambut teriakannya dan berkata:
"tapi kuncinya telah ku buang…"


(V)
Sudah berakhir...
pintu itu tak akan pernah terbuka olehku,
kecuali aku harus menggali sampai ke dasar bumi,
untuk mencari kunci yang telah ku buang jauh-jauh,
dan itu mustahil bagiku,
titik!!!.

Mahmed Pujangga

Mata Pena Nalar selalu berkisah tentang kita, kehidupan kita, dan hanya kita...