Minggu, Oktober 18, 2009

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL

Teori Pertukaran Sosial dan Pilihan Rasional

“Do ut des”. Saya memberi supaya engkau memberi. Asumsi dasar teori pertukaran ini, menjelaskan hubungan sosial menurut costs and rewards. Pertimbangan untung dan rugi pada teori ini, boleh dianggap memotivasi dan memodifikasi tingkah laku manusia, dalam hubungan sosialnya.

Teori ini telah disinggung oleh beberapa ahli, antara lain:
1. Durkheim (1858-1917), dalam teorinya mengenai solidaritas organis, mengandung suatu proses pertukaran. Pertumbuhan dalam pembagian pekerjaan dan tingkat spesialisasi yang semakin tinggi, mengandung suatu peningkatan dalam besarnya suatu transaksi pertukaran yang terjadi dalam masyarakat. Perilaku kerjasama ini mengandung proses pertukaran.
2. George Simmel (1858-1918), pernah menyatakan bahwa motivasi yang mendorong seseorang berkontak dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan tertentu.

Perkembangan teori pertukaran dimulai dari akarnya, yakni behaviorisme dan

Senin, Oktober 05, 2009

Puisi Etnografi; Luka Sebuah Negeri (Muhammad Junus Melalatoa)


Bu Angku,
masihkah kau huni ebe-ae yang dulu?
masihkah kau urusi wamdabu,
amanat adat atas keperempuananmu,
untuk memenuhi kewajiban upacara,
atawa membayar mahar,
manakala suami kawin lagi,
masihkah?...

Itulah yang menyebabkanku luka,
mengiringi jabatan tanganku,
kala pamitan meninggalkan Kurulu,
meninggalkan mu yang melengos tersipu...

Belakangan,

Aku orang kaya yang tidak kaya.

Kata orang, aku manusia paling beruntung,
aku terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan,
tak pernah kekurangan,
malahan mungkin lebih...

Kakekku mantan penguasa di daerahku,
ayahku pimpinan perusahaan terkemuka,
keluargaku besar dan terpandang,
saking besarnya aku tidak mampu mengenali mereka satu per satu.

Semua orang iri kepadaku,
lebih-lebih teman bermain di sekolahku,
kadang aku dijahili oleh mereka,
mainanku habis dicuri dan dihancurkan,
setelah itu aku menangis sehabis-habisnya,
dan tak ada yang mau menolongku.

Aku hanya punya satu sahabat,
yang bernasib sama denganku,
keluarganya juga besar dan terpandang,
sehingga orang-orang pun sering menjahilinya,
hanya saat bersamanya aku bisa tenang.

Suatu hari nanti,
aku ingin punya teman yang banyak,
jika perlu, aku akan membeli mereka!
dan aku tak perlu merasa kesepian lagi,
untuk apa punya uang banyak tapi tak punya teman??

Dirumah,
aku hampir tidak pernah berkomunikasi dengan orang tuaku,
ayahku seharian sibuk bekerja, kadang lembur!
ibuku hanya mengurusi arisan dengan teman-temannya,
hanya sesekali dia mengajakku ke mall untuk menemaninya berbelanja,
jika stok "casing"nya sudah harus di up-date,
kadang aku bertanya, "benarkah dia ibuku??".

Aku sudah lupa bagaimana kebahagiaan itu,
seperti apa rupanya,
baikkah dia? atau kebahagiaan itu memang tak ada,
bisa saja hanya ada di film-film.

Mengapa orang lain iri terhadapku,
justru aku yang seharusnya iri pada mereka,
mereka terlahir normal, aku tidak,
mereka lebih kaya melebihi kekayaan keluarga kami.

Mahmed Pujangga

Mata Pena Nalar selalu berkisah tentang kita, kehidupan kita, dan hanya kita...