Minggu, Oktober 18, 2009

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL

Teori Pertukaran Sosial dan Pilihan Rasional

“Do ut des”. Saya memberi supaya engkau memberi. Asumsi dasar teori pertukaran ini, menjelaskan hubungan sosial menurut costs and rewards. Pertimbangan untung dan rugi pada teori ini, boleh dianggap memotivasi dan memodifikasi tingkah laku manusia, dalam hubungan sosialnya.

Teori ini telah disinggung oleh beberapa ahli, antara lain:
1. Durkheim (1858-1917), dalam teorinya mengenai solidaritas organis, mengandung suatu proses pertukaran. Pertumbuhan dalam pembagian pekerjaan dan tingkat spesialisasi yang semakin tinggi, mengandung suatu peningkatan dalam besarnya suatu transaksi pertukaran yang terjadi dalam masyarakat. Perilaku kerjasama ini mengandung proses pertukaran.
2. George Simmel (1858-1918), pernah menyatakan bahwa motivasi yang mendorong seseorang berkontak dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan tertentu.

Perkembangan teori pertukaran dimulai dari akarnya, yakni behaviorisme dan teori pilihan rasional.

Behaviorisme
Ritzer, sosiolog behavioral tertarik pada hubungan antara sejarah reaksi lingkungan atau konsekuensi dengan sifat perilaku yang saat ini dilakukan. Konsekuensi-konsekuensi dimasa lalu dari perilaku tertentu akan membentuk perilaku dalam keadaan sekarang. Hal paling menarik dari kalangan behavioris yakni imbalan (dorongan) dan ongkos/biaya (hukuman). Imbalan didefinisikan oleh kemampuannya memperkuat (mendorong) perilaku, sementara ongkos mengurangi kecenderungan dilakukannya suatu perilaku.

Teori Pilihan Rasional (Teori Dasar Rasionalitas)
Friedman dan Hechter (1988) dalam teori yang disebutnya model “kerangka” teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu.

Teori ini memperhatikan 2 pemaksa utama tindakan aktor. Pertama, keterbatasan sumber: aktor mempunyai sumber yang berbeda maupun akses yang berbeda terhadap sumber daya yang lain. Dalam kelangkaan sumber daya adalah gagasan tentang biaya kesempatan. Dalam mencapai suatu tujuan, aktor harus memperhatikan biaya yang harus dikeluarkan untuk tindakan yang terpenting selanjutnya. Aktor dapat memilih untuk tidak mengejar tujuan paling bernilai jika sumber daya yang dimilikinya, diperhitungkan tidak dapat mencapai hal tersebut, yang membuat kesempatan untuk mencapai tujuan itu begitu tipis, dan justru membahayakan peluang untuk mencapai tujuan lain yang lebih bernilai. Aktor dipandang selalu berusaha memaksimalkan keuntungan mereka. Kedua, lembaga sosial: hambatan kelembagaan menyediakan baik sanksi positif maupun sanksi negatif yang membantu mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan yang lain.

Formasi awalnya, teori pertukaran dipengaruhi oleh teori dasar rasionalitas. Inilah yang akan membentuk pola-pola awal dari pendapat Homans dan rekan-rekannya. Dalam tulisan ini, akan dibahas 4 tokoh pengembang teori pertukaran.

1. Teori Pertukaran George Caspar Homans
Tokoh yang dimotivasi oleh teori fungsionalisme struktural dari Talcot Parsons yang diakuinya sebagai kolega dan sahabatnya ini, membahas sekurang-kurangnya interaksi dari 2 individu. Proposisinya berhubungan dengan perilaku individu, ketimbang sebagai perilaku kelompok atau masyarakat; dan perilaku manusia biasanya dipandang sebagai bagian dari psikologi.

Ada beberapa proposisi yang ditawarkan Homans, antara lain:

1. Proposisi Sukses
“Semakin sering tindakan seseorang dihargai atau mendapat ganjaran,[1] maka semakin besar kemungkinan orang tersebut melakukan tindakan yang sama”.
Akan tetapi, Homans memberikan beberapa catatan berkaitan dengan proposisi ini, yaitu : (a) Perulangan tingkah laku karena mendapat ganjaran ini tidak dapat berlangsung tanpa batas. (b) Semakin pendek jarak waktu antara tindakan dan ganjaran, makin besar kemungkinan orang melakukan tindakan yang sama. (c) ganjaran atau reward yang bersifat tak terduga (misal : keuntungan pembelian togel) akan memancing perulangan tindakan serupa dibanding reward yang bersifat tetap atau teratur.

2. Proposisi Stimulus atau Rangsangan
“Bila dimasa lampau ada satu atau sejumlah stimulus yang di dalamnya tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka kemungkinan orang tersebut akan melakukan tindakan yang sama pada stimulus yang memiliki kemiripan di masa kini dengan stimulus sebelumnya.”
Homans tertarik pada proses generalisasi. Dalam arti, keberhasilan pada salah satu tindakan mengantar orang tersebut pada tindakan lainnya yang mirip. Keberhasilan seorang artis dalam dunia layar lebar misalnya, tak jarang mendorong pula keinginannya untuk terjun dalam dunia tarik suara.

3. Proposisi Nilai
“Semakin tinggi hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung ia melakukan tindakan serupa.”
Homans menmperkenalkan 2 konsep, yakni imbalan (sebagai hasil tindakan yang bernikai positif, yang cenderung melahirkan perilaku yang diinginkan) dan hukuman (sebagai hasil tindakan yang bernilai negatif). Homans memandang bahwa hukuman bukan cara yang efektif untuk mengubah tingkah laku seseorang. Ia lebih memilih imbalan dibanding hukuman, namun mungkin saja persediaan imbalan adalah terbatas. Untuk itu, imbalan dapat bersifat material (uang), maupun altruistis (membantu orang lain).

4. Proposisi Kelebihan-Kekurangan
“Semakin sering seseorang mendapat ganjaran pada waktu yang berdekatan, maka semakin kurang bernilai ganjaran itu untuk dia.”
Unsur waktu menjadi amat penting dalam proposisi ini.

5. Proposisi Agresi-Pujian
Dalam bagian ini, terkandung 2 proposisi, yaitu :
Proposisi A, ketika tindakan seseorang tidak mendapat imbalan yang diharapkan, atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah; ia menjadi cenderung berperilaku agresif dan akibat perilaku tersebut menjadi lebih bernilai untuknya.
Proposisi B, ketika tindakan seseorang menerima imbalan yang diharapkannya, khususnya imbalan yang lebih besar dari yang diharapkannya, atau tidak mendapatkan hukumn yang diharapkannya, ia akan senang, ia lebih cenderung berperilaku menyenangkan dan hasil dari tindakan ini lebih bernilai baginya.

6. Proposisi Rasionalitas
Ketika memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan, sebagaimana dipersepsikannya kala itu, yang jika nilai hasilnya dikalikan probabilitas keberhasilan adalah lebih besar. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya, bila dianggap cenderung tidak mungkin diperoleh. Pada sisi lain, imbalan bernilai rendah mengalami pertambahan nilai, jika dipandang sangat mungkin untuk diperoleh.

Pada akhirnya, dalam teori Homans, aktor adalah pencari keuntungan. Kendati demikian, sekali lagi proposisi ini diakui ada dalam skala hubungan individu. Homans beranggapan bahwa struktur sosial dalam kehidupan kelompok atau masyarakat yang berskala besar, dapat dipahami dengan memahami perilaku sosial dasar ini. Ritzer juga menyinggung bahwa teori Homans juga begitu lemah nilai berbicara tentang kondisi mental, misalnya yang berkaitan dengan kesadaran.

2. Teori Pertukaran Peter M. Blau
Teori pertukaran Homans sesungguhnya tidak mulai dengan tingkat antar pribadi, melainkan dengan tingkat individu. Homans berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu, untuk menjelaskan perilaku sosial. Blau, di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke struktur sosial yang lebih besar (makro).

Mikro ke Makro :
Pada level individu Blau dan Homans tertarik pada proses serupa. Namun, konsep pertukaran sosial yang dikemukakan Blau, terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi dari orang lain – tindakan yang akan hilang ketika reaksi-reaksi yang diharapkan tindak muncul. Bagi Blau, orang tertarik satu sama lain karena berbagai alasan yang mendorong mereka membangun asosiasi sosial. Saat ikatan awal terbangun, imbalan yang diberikan satu sama lain berfungsi untuk memelihara dan memperkuat ikatan. Imbalan yang dipertukarkan dapat bersifat intrinsik (misalnya cinta, kasih, rasa hormat) atau ekstrinsik (misalnya uang atau kerja fisik). Masing-masing pihak tidak mungkin selalu memberikan imbalan secara setara. Ketika terjadi ketimpangan, perbedaan kekuasaan akan muncul.

Bilamana satu pihak memerlukan sesuatu dari pihak lain namun tidak memiliki sesuatu yang sebanding/setara, tersedia empat alternatif yaitu: Pertama, orang dapat memaksa orang lain membantunya. Kedua, mereka mencari sumber lain untuk mendapatkan apa yang mereka buktikan. Ketiga, mereka terus menjalaninya tanpa sesuatu yang mereka butuhkan dari orang lain. Keempat, mereka meletakkan diri pada posisi lebih rendah dari orang lain sehingga memberikan nilai umum kepada orang lain dalam hubungan yang mereka jalani; selanjutnya orang lain dapat menarik kembali penilaian tersebut ketika mereka ingin melakukan sesuatu (penentuan diletakkan di tangan yang memiliki sumber yang dibutuhkan oleh pihak lain dalam pertukaran, dalam arti ini merupakan ciri esensial dari kekuasaan).

Nilai dan Norma:
Menurut Blau, mekanisme yang memerantarai struktur sosial yang kompleks adalah norma dan nilai (konsesus nilai yang teradapat dalam masyarakat). Nilai dan norma mengatur proses integrasi sosial serta diferensiasi dalam struktur sosial kompleks maupun perkembangan organisasi sosial serta reorganisasi yang terdapat di dalamnya.

Akhirnya, dapat kita sebutkan bahwa Blau mengganti peran individu dengan berbagai jenis fakta sosial, misalnya dengan membahas tentang kelompok, organisasi, kolektivitas, masyarakat, norma dan nilai. Analisisnya memusatkan perhatian pada faktor yang mempersatukan unit-unit sosial pada tingkat skala luas dan faktor yang memisahkan dalam bagian-bagian kecil. Menurut Ritzer, meski Blau bermaksud memperluas teori pertukaran ke tingkat masyarakat, ia justru harus mengakui bahwa proses pertukaran yang terjadi di tingkat kemasyarakatan berbeda secara fundamental dari proses pertukaran di tingkat individual.

3. Teori Pertukaran James Coleman
Coleman menyinggung tulisan Edgeworth (1881), bahwa dalam pertukaran ada yang dinamakan penyesuaian ganda (double coincidence of wants). Dalam arti, bukan hanya A yang mempunyai sesuatu yang dibutuhkan B, tetapi B juga mempunyai sesuatu yang diinginkan A, dan kedua-duanya membutuhkan barang yang dimiliki pihak lain itu lebih dari keinginan mereka untuk barang yang mereka miliki, yang bersedia mereka serahkan melalui pertukaran. Bagi Coleman, syarat penyesuaian ini cukup berat. Uang adalah salah satu sarana yang dapat mengatasi keharusan akan persesuaian kebutuhan ganda ini.

1. Uang
Coleman menjelaskan 3 cara pendefinisian uang, yaitu: uang sebagai simpanan berharga, uang sebagai alat pertukaran dan uang sebagai satuan perhitungan. Uang ini pun dibedakan dalam 3 bentuk, yakni:

1. Uang barang (commodity money) yang mengandung nilainya.
2. Uang fidusier (fiduciary money) yang merupakan janji bayar (promise to pay).
3. Uang fiat (fiat money) yang posisinya di bawah janji itu.

Dengan uang fiat, janji bayar menjadi janji untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan barang dan jasa dengan pertumbuhan persediaan uang. Bagi masyarakat tanpa uang tunai, identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan yang digantikan itu, sama dengan identitas penerima kepercayaan dan bentuk kepercayaan untuk uang fiat.

2. Janji
Coleman meyakini bahwa “janji” juga memiliki peran yang luas dalam sistem sosial maupun sistem politik, terlepas dari perannya dalam dunia ekonomi. Baginya, dalam beberapa keadaan, janji memang dapat diperdagangkan secara minimal. Dalam contoh, sudah lumrah dalam komunitas kita, ucapan berikut, “John berutang pada saya. Katakan kepadanya, saya menyuruhnya membantumu.” Dalam hal ini, tipe pertukaran tersebut terjadi dalam lingkungan yang sangat terbatas.

Selain janji yang dapat dipertukarkan dengan uang, alat yang paling lazim untuk memungkinkan terjadinya transaks-transaksi dalam sistem sosial dan politik adalah janji yang tidak dapat dialihkan.

3. Organisasi Formal yang Produktif
Barangkali alat terpenting dalam sistem sosial dan politik selain uang adalah organisasi formal yang produktif. Misalnya, seorang operator fotocopy di sebuah kantor, harus memperbanyak suatu bahan dan selanjutnya dibagikan kepada para staf kantor tersebut. Para staf kantor yang menerima sesuatu dari pihak operator fotocopy, tidak berhutang dan tidak diharuskan memberikan apa-apa kepada operator tersebut. Operator tersebut, menerima keseimbangan pertukaran ini melalui upah atau gaji dari manajemen kantor. Pada titik inilah, organisasi formal dalam sistem sosial dan politik menjadi penting dalam teori pertukaran.

Penggunaan uang terlibat pula dalam struktur ini, tetapi uang saja tanpa organisasi tidak akan membuat teori pertukaran ini menjadi kompleks. Karena itu, organisasi yang produktif bukanlah pengganti uang, tetapi pelengkap uang.

4. Status Sosial Sebagai Pengganti Uang
Alat lain yang berfungsi menyeimbangkan transaksi dalam sistem sosial dan politik adalah dengan memberikan status atau penunjukkan rasa hormat dari satu pihak terhadap pihak lain. Hasilnya adalah sebuah hierarki status, yang di dalamnya berbagai macam agen diakui karena diberikan status yang sifatnya membedakan (differing status), atau tingkat prestise. Misalnya, seseorang yang hendak meminjam uang pada bangkir. Kekuatan yang ada, sangatlah asimetris. Si peminjam akan berada pada posisi sang pemohon yang rendah hati, dan tergantung pada keputusan bangkir. Dalam pelaksanaannya, si peminjam akan memberikan kepada bangkir slip kredit berupa hak istimewa, bilamana bangkir tersebut akan berkunjung ke toko yang dimiliki si peminjam, bangkir akan selalu di tempatkan pada posisi istimewa dalam hubungan kesehariannya.

Pemberian status yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan transaksi yang tidak seimbang, agaknya dapat menjadi pengganti fungsional untuk uang dalam sistem sosial dan sistem politik. Misalnya : dalam pemerintahan, pemberian status sebagai tokoh pemimpin dapat menjadi penyeimbang dengan tindakan pemenuhan tanggung jawab sebagai pemimpin tersebut. Akan tetapi, status tidak sama dengan uang.

Coleman juga menyebutkan beberapa hal, antara lain:
- Pertukaran penyesuaian ganda dalam kehidupan sosial memang tidak terjadi dalam kekosongan. Pertukaran tersebut terjadi dalam lingkungan ketika sedang berlangsung persaingan memperebutkan sarana-sarana yang dimiliki tiap-tiap pelaku. Ia mengambil sampel bertolak dari sistem pertukaran dalam ruang kelas dan dalam perebutan pasar kerja.
- Dalam menjelaskan tentang pertukaran, Coleman mengambil contoh berupa pertukaran yang terjadi dalam ruang kelas serta pertukaran di pasar tenaga kerja. Baginya, dalam sistem tindakan yang sederhana yang hanya berisi satu proses pertukaran, mengandung 4 konsep yang saling berhubungan : kepentingan dan kontrol, kedua-duanya menetapkan relasi antara seorang pelaku dan sebuah sarana. Kekuatan dan nilai, mencirikan para pelaku dan sarana-sarana itu dalam hubungan dalam hubungan dengan sistem tindakan secara keseluruhan.
- Alat lain yang memudahkan pertukaran dalam sistem sosial dan sistem politik ketika barter 2 pihak tidak mungkin lagi, yakni pihak perantara atau makelar.

4. Karya Richard Emerson dan Muridnya
Emerson dengan dua esai yang ditulisnya tahun 1972, menandai awal tahap baru perkembangan teori pertukaran sosial. Emerson mencoba memperluas teori pertukaran dari analisis level mikro ke level makro, melalui studi struktur jaringan. Hal ini pun diikuti oleh Karen Cook.

Emerson mengulas tiga asumsi inti dari teori pertukaran, yaitu:
1. Orang yang mengambil manfaat dari peristiwa cenderung bertindak “rasional” dan dengan demikian peristiwa tersebut pun bisa terjadi.
2. Karena orang terbiasa dijejali dengan peristiwa-peristiwa behavioral, peristiwa-peristiwa tersebut mulai berkurang manfaatnya.
3. Keuntungan yang diperoleh orang melalui proses sosial, tergantung pada keuntungan yang dapat mereka berikan dalam pertukaran, sehingga memberikan “fokus pada aliran manfaat melalui interaksi sosial” kepada teori pertukaran.

Point Kekuasaan – Ketergantungan
Emerson mendefinisikan kekuasaan satu pihak atas pihak lain dalam hubungan pertukaran adalah fungsi terbalik dari ketergantungannya pada pihak lain. Kekuasaan A atas B sama dengan, dan didasarkan atas ketergantungan B pada A. Terdapat keseimbangan hubungan antara A dengan B, ketika ketergantungan A pada B sama dengan ketergantungan B pada A. Ketika terjadi ketimpangan dalam ketergantungan tersebut, aktor dengan ketergantungan lebih kecil memiliki keunggulan kekuasaan. Emerson selanjutnya mengatakan bahwa kekuasaan bisa berasal dari kemampuan memberikan imbalan dan kemampuan untuk menghukum orang lain. Muridnya, Molm, menganggap bahwa kekuasaan menghukum lebih lemah daripada kekuasaan memberikan imbalan, sebagian karena tindakan menghukum cenderung menimbulkan reaksi negatif. Molm bersama Quist dan Wisely, menganggap bahwa penggunaan menghukum lebih cenderung dipersepsikan adil ketika digunakan oleh mereka yang juga memiliki kekuasaan untuk memberikan imbalan, namun ia cenderung dipersepsikan tidak adil dan dengan demikian disebut sebagai pemaksa yang lemah ketika masing-masing pihak mengharapkan adanya imbalan.

Teori Pertukaran Yang Lebih Integratif
Cook, O’Brien dan Kollock mendefinisikan teori ini sebagai teori yang membahas pertukaran pada berbagai level analisis, baik pertukaran antar individu, perusahaan maupun negara dan bangsa. Dalam level mikro, dipusatkan perhatian pada perilaku sosial sebagai pertukaran. Dalam level makro, struktur sosiallah yang diamati sebagai pertukaran.

Cook, O’Brien dan Kollock mengidentifikasi tiga kecenderungan yang mengarah pada teori pertukaran yang lebih integratif, yaitu:
1. Semakin meningkatnya penggunaan bidang penelitian yang memperhatikan isu makro, yang melengkapi penggunaan eksperimen tradisional untuk mempelajari isu mikro.
2. Mereka mencatat menjauhnya karya substantif dari fokus diadik dan mengarah pada jaringan pertukaran yang lebih besar.
3. Adanya upaya terus menerus untuk menyintesiskan teori pertukaran dengan sosiologi struktural, khususnya teori jaringan.

Ketiga tokoh ini juga mendiskusikan manfaat yang dapat diperoleh dari integrasi pandangan dari berbagai teori mikro lain. Interaksionisme simbolis misalnya, menawarkan pengetahuan tentang bagaimana aktor mengomunikasikan keinginan mereka satu sama lain, dan hal ini penting dalam tumbuhnya kepercayaan serta komitmen dalam hubungan pertukaran. Dengan demikian teori pertukaran dapat disebutkan sebagai salah satu orientasi teoritis dalam ilmu sosial yang secara terang-terangan mengonseptualisasikan aktor yang berkehendak dalam kaitannya dengan struktur.

Pada tahun-tahun terakhir ini, teori pertukaran mulai bergerak beberapa arah yang lebih baru, yakni:
1. Makin meningkatnya perhatian pada resiko dan ketidakpastian dalam hubungan pertukaran. Misalnya, seorang aktor dapat memberi sesuatu yang bernilai pada orang lain tanpa menerima kembali apapun yang bernilai.
2. Minat pada resiko membawa pada perhatian terhadap kepercayaan dalam hubungan pertukaran.
3. Terdapat isu yang terkait dengan aktor yang mengurangi resiko dan meningkatkan kepercayaan dengan mengembangkan seperangkat komitmen timbal balik satu sama lain (berhubungan dengan yang ke 4)
4. Meningkatnya perhatian pada kepedulian dan emosi dalam teori yang didominasi oleh faktor pada aktor yang memiliki kepentingan diri.
5. Saat banyak teori pertukaran memusatkan perhatian pada struktur, terjadi pula peningkatan minat dalam menguraikan tabiat dan peran aktor.
6. Arah baru yang paling banyak menyedot perhatian pada tahun-tahun terakhir ini adalah integrasi teori pertukaran dan teori jaringan.

Teori Jaringan
Hubungannya dengan teori pertukaran, teori jaringan memiliki kekuatan dalam model struktural (jaringan hubungan), sementara teori pertukaran memiliki kekuatan dalam model hubungan antar aktor (pertukaran), namun memiliki kelemahan dalam model struktur sosial tempat mereka bekerja.

Sasaran perhatian utama dari teori jaringan ialah pola objektif ikatan yang menghubungkan anggota masyarakat (indvidual dan kolektivitas). Satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Dalam arti, aktor mungkin saja individu, tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu dan kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang benilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen yang lain.

Satu aspek penting analisis jaringan, yakni menjauhkan sosiolog dari studi tentang kelompok dan kategori sosial, serta diarahkan untuk mempelajari ikatan di kalangan antaraktor yang “tak terikat secara kuat dan tak sepenuhnya memenuhi persyaratan kelompok”. Contoh yang baik dari ikatan ini ialah diungkap dalam karya Granoveter tentang “ikatan yang kuat dan lemah.” Sosisolog cenderung memusatkan perhatian pada orang yang mempunyai ikatan yang kuat atau kelompok sosial dan menganggap itu lebih penting untuk dijadikan sasaran studi sosiologi. Inilah yang ditolak oleh Granoveter yang menjelaskan dalam karya terbaiknya tentang “kekuatan ikatan lemah”. Ikatan kuat misalnya, kaitan antara teman-teman dekat atau komunitas kita sendiri. Sedangkan ikatan lemah adalah kaitan antara orang dengan kenalan yang baru ditemui. Granoveter menganggap bahwa orang jangan terjebak untuk hanya mengamati ikatan yang kuat tetapi juga melihat ikatan yang lemah sebagai sarana untuk membuka terisolasinya ikatan kuat dan kelompoknya sendiri-sendiri. Hal ini pun mendorong pada terintegrasinya individu dan komunitas secara lebih baik ke dalam masyarakat yang lebih besar.

Beberapa prinsip teori-teori jaringan, yakni:
1. Ikatan antar-aktor biasanya bersifat simetris, baik isi maupun intensitasnya (aktor saling memberi hal berbeda, dan mereka melakukannya dengan kurang lebih intens)
2. Ikatan antarindividu harus dianalisis dalam konteks struktur dan jaringan yang lebih besar.
3. Perstrukturan ikatan sosial mengarah kepada berbagai jaringan yang tidak acak.
4. Keberadaan kelompok mengarah pada fakta bahwa mungkin saja terdapat kaitan silang antar kelompok maupun antar individu.
5. Terdapat ikatan asimetris antar elemen dalam suatu sistem yang akibatnya adalah sumber daya yang berlainan terdistribusikan secara berlainan.
6. Ketimpangan distribusi sumber daya yang langka melahirkan kolaborasi dan kompetisi.

Teori Pertukaran Jaringan
Teori ini berusaha mengombinasikan teori pertukaran sosial dan analisis jaringan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori jaringan mempunyai model struktur yang kuat (jaringan relasi) tetapi mempunyai model yang lemah mengenai unsur relasi. Pada sisi lain, teori pertukaran memiliki model relasi antaraktor yang kuat (pertukaran) tetapi memiliki model struktur yang lemah. Model teori pertukaran sosial dari pertukaran aktor untuk memperbesar keuntungan akan melengkapi isi yang kurang dari analisis jaringan, dan analisis jaringan menyediakan model struktur sosial sebagai variabel independen yang kurang dimiliki oleh teori pertukaran.

Landasan mendasar di balik teori pertukaran jaringan adalah bahwa teori pertukaran sosial, terjadi dalam konteks jaringan pertukaran sosial yang lebih besar. Sebagaimana teori pertukaran sosial, teori pertukaran jaringan terutama menitikberatkan pada isu kekuasaan. Premis dasarnya ialah bahwa semakin besar peluang aktor untuk melakukan pertukaran, semakin besar kekuasaan si aktor. Diasumsikan bahwa peluang bagi pertukaran ini secara langsung terkait dengan struktur jaringan. Akibat dari posisi mereka dalam jaringan, aktor memiliki beragam peluang untuk mempertukarkan keuntungan serta kemampuan mereka untuk mengendalikan dan mengakumulasikan keuntungan tersebut.

Para teorotisi pertukaran jaringan hanya tertarik pada hubungan pertukaran, sementara para teoritisi jaringan tertarik pada berbagai jenis hubungan. Sebagai contoh, sebagian besar studi jaringan memusatkan perhatiannya pada sentralitas. Ini bisa berarti keuntungan yang dikaitkan dengan bermacam-macam orang. Menurut teoritisi pertukaran jaringan tidak cukup hanya dengan “terhubung”; hubungan haruslah merupakan hubungan pertukaran.

Teori Pilihan Rasional
Tahun 1989 Coleman menerbitkandirikan jurnal Rationality and Society yang bertujuan menyebarkan pemikiran yang berasal dari perspektif pilihan rasional. Pendekatannya mulai beroperasi tingkat mikro, untuk menjelaskan fenomena tingkat makro, dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan.

Menurut Coleman sosiologi seharusnya memusatkan perhatian kepada sistem sosial. Akan tetapi, fenomena makro itu harus dijelaskan oleh faktor internalnya sendiri, dengan individu sebagai prototipenya. Salah satu alasannya ialah perhatian di tingkat individual, biasanya dikarenakan “intervensi” yang dilakukan untuk menciptakan perubahan sosial.

Gagasan dasarnya ialah “tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi). Selanjutnya, ia pun berargumen bahwa untuk sebagian besar tujuan teoritis, dihubungkan juga dengan ekonomi, yakni aktor akan memaksimalkan keuntungan atau pemuasan kebutuhan dan keinginannya.

Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Pemusatan perhatiannya pada tindakan rasional individu ini, dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individual menimbulkan perilaku sistem sosial. Akhirnya, ia memusatkan perhatian pada aspek hubungan mikro-mikro atau dampak tindakan individual terhadap tindakan individu lain.

Ada tiga kelemahan pendekatan Coleman. Pertama, ia memberikan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dengan makro dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Kedua, ia mengabaikan masalah hubungan makro-makro. Ketiga, hubungan sebab akibatnya hanya menunjuk pada satu arah. Dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dialektika di kalangan dan di antara fenomena mikro dan makro.

Perilaku Kolektif
Satu contoh pendekatan Coleman dalam menganalisis fenomena makro adalah kasus perilaku kolektif. Ia memilih menjelaskan perilaku kolektif karena cirinya yang sering tak stabil dan kacau itu sukar dianalisis berdasarkan perspektif pilihan rasional. Pandangannya, teori pilihan rasioanal dapat menjelaskan semua jenis fenomena makro, tak hanya yang teratur dan stabil saja. Ia menyatakan bahwa dalam perilaku kolektif orang dapat memberikan kontrol tindakan dirinya kepada orang lain. Alasannya dapat dikarenakan pilihan rasional, yakni memaksimalkan keuntungan. Dalam hal ini, dilibatkan penyeimbangan kontrol antara beberapa aktor dan menimbulkan keseimbangan.

Norma
Fenomena tingkat makro lain yang menjadi sasaran penelitian Coleman adalah norma. Menurutnya, norma diprakarsai dan dipertahankan oleh beberapa orang yang melihat keuntungan yang dihasilkan dari pengalaman terhadap norma dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma itu. Coleman meringkasnya demikian, norma “melepaskan sebagian hal untuk mengendalikan tindakan diri sendiri seseorang dan menerima sebagian hak untuk mengendalikan tindakan orang lain dan itulah yang memunculkan norma. Hasil akhirnya ialah bahwa pengendalian, yang dipertahankan setiap orang yang sendirian akan terdistribusikan secara luas ke seluruh kumpulan aktor yang melaksanakan kontrol itu”. Aktor dilihat berusaha memaksimalkan utilitas mereka sebagian dengan menggerakkan hak untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan memperoleh sebagian hak untuk mengendalikan aktor lain. Karena pemindahan pengendalian itu terjadi secara sepihak, maka dalam kasus norma ini terdapat keseimbangan. Akhirnya, aktor tidak boleh bertindak menurut kepentingan pribadi mereka, tetapi harus bertindak menurut kepentingan kolektivitas.

Sebagai teoritisi pilihan rasinal, Coleman bertolak dari individu dan dari gagasan bahwa semua hak dan sumber daya ada ditingkat individual ini. Kepentingan individu menentukan jalannya peristiwa. Namun, ini tidak cocok terutama dalam masyarakat modern di mana bagian terbesar hak dan sumber daya dan karena itu kedaulatan terletak ditangan aktor kolektif (aktor kolektif dapat bertindak demi keuntungan atau kerugian individu).

Bagaimana cara menilai aktor kolektif? Coleman mengatakan “hanya dengan bertolak secara konseptual dari titik di mana semua kedaulatan terletak di tangan manusia individulah terbuka peluang untuk melihat seberapa baiknya kepentingan utama mereka disadari oleh sistem sosial yang ada. Dalil yang menyatakan bahwa manusia individu berdaulat telah membukankan jalan bagi sosiolog untuk menilai pelaksanaan fungsi sistem sosial.”

Menurut Coleman, pengaruh sosial penting adalah munculnya aktor korporat, sebagai pelengkap aktor “pribadi natural”. Keduanya dapat dianggap sebagai aktor karena keduanya mempunyai “pengendalian terhadap sumber daya dan peristiwa, kepentingan terhdap sumber dayadan peristiwa, dan mempunyai kemampuan mengambil tindakan untuk mencapai kepentingan mereka melalui pengendalian itu.”

Pada akhirnya, teori Coleman ini pun menuai banyak kritik yang mengatakannya terlalu ambisius, karena berusaha menggantikan semua perspektif lain. Ia pun gagal menjawab pertanyaan mengenai bagaimana suatu mayarakat dapat terbentuk. Dalam ideal rasionalitas ini pun, tidak cocok dengan kehidupan sehari-hari dan norma rasionalitas serta emosionalitas, yang mengorganisasi aktivitas-aktivitas aktual individu yang tengah berinteraksi.

Hubungan pertukaran yang hidup dalam masyarakat (disadari maupun tidak), sebenarnya sebagai sebuah teori, berlangsung dalam rentang yang panjang. Di dalamnya terhubung dengan sejumlah, teori baik pilihan rasional, maupun teori jaringan yang juga berkembang menjadi teori pertukaran jaringan. Kesemua teori ini, berusaha untuk memaparkan bagaimana keberlangsungan pertukaran itu sendiri dalam masyarakat, yang juga mempengaruhi terbentuknya masyarakat bersangkutan. Masing-masing teori berusaha dilengkapi untuk mampu menjelaskan fenomena masyarakat yang semakin kompleks.


Sumber: Coleman, James S, Dasar-Dasar Teori Sosial, Bandung : Nusa Media, 2008, Raho, Bernard, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Prestasi Pustakaraya, 2007, Ritzer, George and Goodman Douglas J, Teori Sosiologi Modern, Edisi Terbaru, Jakarta : Prenada Media, 2004.
________________________________________
[1] Istilah “ganjaran” dalam tulisan ini dihubungkan dengan imbalan atau reward, sedangkan hukuman dihubungkan dengan punishment, cost atau biaya.

*Diolah dari berbagai sumber.

2 komentar:

Mahmed Pujangga

Mata Pena Nalar selalu berkisah tentang kita, kehidupan kita, dan hanya kita...