Kamis, Oktober 13, 2011

Perjuangan eksistensi kaum waria

a. Napak tilas
Dalam situs resmi Gaya Nusantara (GN) (www.gayanusantara.or.id), diketahui sekitar tahun ± 1968 istilah wadam pertama kali diciptakan sebagai pengganti yang lebih positif bagi istilah banci atau bencong. Namun, sekitar tahun ± 1980, istilah wadam kemudian harus diganti menjadi waria karena keberatan sebagian pemimpin Islam. Keberatan ini dikarenakan kata wadam mengandung nama seorang nabi, yakni Adam a.s.Di tahun berikutnya, yakni pada tahun 1969 organisasi wadam pertama, Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD) berdiri, antara lain difasilitasi oleh Gubernur DKI Jakarta Raya ketika itu, yakni Ali Sadikin.

Di New York, Amerika Serikat, pada Juni tahun 1969 berlangsung Huru-Hara Stonewall, ketika kaum waria dan gay melawan represi polisi yang khususnya terjadi pada sebuah bar bernama Stonewall Inn. Peristiwa ini dianggap permulaan pergerakan gay dan waria yang terbuka dan militan di Barat. Hingga sampai hari ini, gerakan perlawanan

Gambaran Umum Waria di Kota Makassar

Munculnya kaum waria di Indonesia menimbulkan penolakan tersendiri dari masyarakat. Lingkungan dari peran gender terbentuk oleh kenyataan bahwa di Indonesia pada masa sekarang laki-laki dan perempuan cenderung dipisahkan secara kuat, meskipun kenyataannya secara historis banyak kebudayaan dari kepulauan ini telah mengecilkan perbedaan gender dan memahami bahwa laki-laki dan perempuan sebagai pelengkap satu sama lain daripada mempertentangkannya (Errington dan Hoskin dalam Boellstorff, 2003). Saat masyarakat kita hanya mengakui bipolaritas kelamin, munculnya kelamin ketiga merupakan suatu kesan tersendiri yang seakan mendobrak struktur semestinya.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tertanggal 1 November 1997 menegaskan bahwa waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin) tersendiri. Oleh karena itu, segala perilaku waria yang menyimpang adalah haram

Mahmed Pujangga

Mata Pena Nalar selalu berkisah tentang kita, kehidupan kita, dan hanya kita...