Kamis, April 15, 2010

Surat untuk Putri...

Pada suatu ketika, disore sunyi, tepat langit sedang merah merekah indah seolah-olah menyentuh dan menyekap wajahku dengan sinarnya. Aku tertegun. Sentuhannya teramat nyata, tak ada kata yang sempat keluar... Hingga kuakui aku tak ingin meninggalkan sore ini, sore yang langka, satu-satunya sore dengan senja tanpa kelabu. Mungkin... Namun sore ternyata harus meninggalkanku, perlahan-lahan. Lalu menghilang, sekejap!
Begitulah sang waktu. Meskipun indah, kita tak bisa menolak mereka akan meninggalkan kita. Mereka akan pergi. Entah kapan kita memiliki kesempatan untuk kembali bertemu dengannya... Walaupun kita terus menghujat waktu, sekasar-kasarnya, sekencang-kencangnya, mereka tak bisa mendengar... Dan pada akhirnya, tangisan hanya menjadi jawaban...

Seperti isi surat-suratku untuk putri pisces;

Mahmed:@Naz
"Langit tidak pernah bisa runtuh,
apalagi hanya karena keangkuhannya!

Tahukah kamu, dia hanya secuil cerita di hidupmu,
dia hanya anggukan kecil di ikrar lawasmu,
lalu?? tunggu apalagi??
Berlarilah!!!
Tinggalkan dia!!
eits!!! jangan pernah mencoba melambai kepadanya...
itu saja".

Naz:@Mahmed
"Benar bukan karenanya langit runtuh,
atau "karena-karena" yang kau sebutkan dulu,
tapi karena kejahatannya mengkhianatiku,
langit tak menyukai pengkhianatan,
sebab langit tercipta dari bangunan cinta dan kepercayaan...

Alangkah berdukanya dia melihat perbuatan2 tak hebat,
alangkah kecewanya dia menyaksikan kebodohan2 yang disengaja,
itu yang membuatnya tak bisa lagi bertahan menopang matahari,
itu yang membuatnya runtuh!!!
karena tak ada lagi yang bisa dipercaya...".

Mahmed;@Naz
"Lalu mengapa tak rela kau lepas??
jika kau tahu dia seperti itu??
aku percaya kau bisa...".

Naz:@Mahmed
"Sebab hanya dia yang ku punya..."

Mahmed:@Naz
"Kalian sama saja!!!".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahmed Pujangga

Mata Pena Nalar selalu berkisah tentang kita, kehidupan kita, dan hanya kita...