Selasa, Juni 30, 2009

Perempuan dan Air Mata

Aku tak bermaksud menitipkan letih,
perempuan setengah baya berkerudung putih,
diam berdiri di seberang trotoar jalan,
menangkap setiap pengembaraan senyuman.

Seperti mau bersembunyi dari keramaian,
sebab tak mampu dia menemukan senyuman yang tepat,
hanya luka dan tangisan yang mendera,
bagai peluh yang mengalir terlalu deras.

Tak perlu menunggu cukup lama,
pipi kemerah-merahan nan lembut menjadi lembab,
menggerayangi separuh wajah hanya karena tak tahan,
seseorang telah membuat dia terluka.

Aku ingin cepat berlari ke arahnya,
menenangkan atau hanya sekedar menemaninya berbicara,
apalagi aku memiliki sapu tangan,
kalau-kalau dia ingin mengusap air matanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahmed Pujangga

Mata Pena Nalar selalu berkisah tentang kita, kehidupan kita, dan hanya kita...